Monday, December 27, 2004

Phantom Of The Opera

Tadi nonton nih film. Wuaaa....BAGUS!! Lagunya bagus-bagus, bajunya keren - keren. Latarnya oke banget! Tadinya udah rada khawatir bakal jelek sih. Ato lebih tepatnya klo gua bilang gua takut kecewa.

Phantom of the opera ini salah satu cerita favorit gua. Jangan tanya udah berapa kali novelnya gua baca. Terus juga udah pernah nonton semua versinya. Dari mulai film klasik, teater musikal, opera nya bahkan sampai versi baletnya. Well, yang terakhir ini agak-agak boring sih liatnya. Walo gua pasti digeplak sama orang Rusia (klo ada yang bisa baca nih postingan), coz mereka bangga banget ama tuh balet . Nah setelah nonton segitu banyak versinya, gua ngeri klo versi filmnya malah mengecewakan. Alhamdulilah, ternyata enggak!

Tadi gua kumat lagi penyakit pengen nyepinya. Jadi bukannya gabung ma Risma n Friends, gua malah milih nonton sendiri. Padahal filmnya sama lho! Eh ternyata di kiri kanan gua juga aloner! Di sebelah kiri, bapak yang emang demen ama film musikal. Dan di sebelah kanan tuh seorang maestro orkestra di Wina. Baru tau lho klo di orkestra Wina ada orang indonya. Nih orang sepanjang film tangannya sibuk gerak - gerak layaknya maestro di waktu sedang pentas. Dan perhatian gua pun terbagi antara liat tangannya dan nonton film. Abisnya gerakannya pas banget sih sama irama musik. Sometimes, dia juga nyanyi. Yang mana bikin gua kaget dan bengong. Karena suaranya ngebass dan vibra banget! Untungnya gua suka dengernya. Klo gak udah pindah kali. Seperti bapak di sebelah kanan yang udah pindah duduk sejak pertengahan film!

Yah pokoknya kalo kamu demen sama film musikal dan suka cerita model drama - thriller ini (semestinya sih thriller), so u just watch lah!

Monday, December 13, 2004

The Messenger

Naoko menjalani hidup yang sempurna. Karier yang cemerlang, tunangan yang tampan, baju-baju mahal dan apartemen yang mewah. Sampai suatu ketika, dunianya runtuh. Kantornya ditutup, tunangannya memutuskan hubungan, bahkan mobilnya mau disita. Sewaktu berusaha menyelamatkan mobilnya dari sitaan, Naoko malah menabrak seorang pengendara sepeda. Si pengendara sepeda berjanji tak akan menuntutnya dengan syarat Naoko menggantikan tugasnya sebagai bicycle messenger.

Bicycle messenger adalah suatu usaha jasa yang mengantarkan barang menggunakan sepeda. Usaha ini dirintis oleh orang yang ditabrak Naoko dan rekannya, Tsuyoshi.

Babak baru dalam hidup Naoko pun dimulai. Dari mobil sport mewah ke sepeda roda 2, dari champagne mahal ke bir murahan, dan dari baju mewah ke pakaian kasual. Gak mudah memang, belum lagi ditambah sikap Tsuyoshi yang menganggap enteng dan ejekan dari saingannya d kantor dulu. Toh lama kelamaan Naoko bisa menikmati dunia barunya.

Gimana jadinya waktu Naoko ditawari kesempatan untuk kembali ke kehidupan lamanya padahal dia udah have fun di kerjaan barunya? Belum lagi tunangannya yang mengajak start all over again sementara di saat yang sama dia tertarik pada Tsuyoshi.

Btw nih vcd juga udah lama ngedeprok di rak tanpa gua sadari. Gua malah lupa banget klo gua punya vcd-nya. Masih rapi dalam plastik & ada bon-nya pula. Dan ternyata nih vcd udah 4 taun ngedeprok di pojokan rak vcd gua!

Nih film menghibur banget, terus yang seru ngeliat adu balap antara perusahaan tempat Naoko kerja dan jasa pengiriman yang pake motor. Kata siapa sepeda gak bisa ngalahin motor?

Saturday, December 11, 2004

Three Movies

Windstruck

Akhirnya nonton juga nih film. Ceritanya lumayan bagus kok. Walo masih ada beberapa adegan still tapi gak ngebosenin. Ada yang bilang nih film prekuelnya My Sassy Girl (MSG) , ada yang bilang bukan. Klo gua mah no comment ah. Sebenernya masuk akal sih klo dibilang prekuel, berhubung ceritanya nyambung dan di akhir cerita ada penampilan Cha Tae Hyun, tapi...di MSG kan ceweknya bukan polisi. Tapi kan bisa aja ceweknya pensiun jadi polisi. Ah...gak tau ah! Tinggal nonton dan enjoy aja apa susahnya sih?




Romantic President

Ini juga film korea, yang main Choi Ji Woo dan Ahn Jae Woo. Ceritanya menghibur sih. Choi Ji woo bermain sebagai guru baru di smu putri, trus di kelasnya ada seorang anak yang males sekolah. Karena kesal, CJW manggil orang tua si anak yang ternyata adalah Presiden. Yang lucu sih liat gaya CJW yang cuek abis dan Ahn Jae Woo sebagai Presiden yang meski pemimpin negara tapi sama sekali gak kaku sama bawahannya. Btw nih vcd udah nganggur di rak vcd selama setahun sebelum gua punya niat nonton.



Wimbledon

Klo yang ini film Holywood. Peter Cole (Paul Bettany) adalah petenis senior yang berada di peringkat 119 dunia. Niatnya, Wimbledon tahun ini adalah yang terakhir untuknya sebelum pensiun. Gak disangka, ternyata dia berhasil lolos sampai semifinal. Itu semua karena kedatangan petenis muda US yang sedang naik daun , Lizzie (Kirsten Dunst) sebagai supporternya. Lizzie yang tadinya tetangga sebelah kamarnya di hotel kemudian menjadi kekasihnya.

Peter paling ogah keliatan kalah di depan Lizzie. Itu makanya klo Lizzie sedang nonton, Peter selalu mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Konflik terjadi waktu Peter lolos ke final sedangkan Lizzie justru gagal. Karena emosi, Lizzie menuduh kehadiran Peter merusak konsentrasinya. Kepergian Lizzie sehari sebelum final bikin Peter down. Padahal dia satu-satunya harapan Inggris untuk menjuarai Wimbledon, walalupun tadinya dipandang sebelah mata.

So gimana? Mampukah Peter mewujudkan mimpinya jadi juara Wimbledon untuk pertama dan terakhir kalinya?Buat gua sih, yang seru disini bukan love story Peter - Lizzie,tapi match tennis nya itu lho! Apalagi waktu finalnya!

Tuesday, December 7, 2004

Virgin



Ketika Keperawanan Dipertanyakan

Story :
Stella, Katie dan Biyan: 3 sahabat yang merupakan gambaran remaja gaul metropolitan.
Stella, putri seorang pejabat dengan gaya hidup bebas, bagi dia virginity isn't a big deal. Katie, berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Berhubung buat dia, duit yang paling penting, so virginitasnya dilepas kepada siapa aja yang berani bayar paling tinggi. Terakhir Biyan. Yang ter"alim" di antara mereka. Satu-satunya yang beranggapan, virginitas adalah hal yang mesti dijaga. Biarpun mempunyai prinsip yang berbeda, tapi mereka bisa menghargai satu sama lain.
Untuk menghadiri pesta ultah seorang aktor yang diidolakan Biyan, Stella meminjam mobil pada seorang usahawan yang terkenal kejam. Masalah muncul ketika mobil tersebut hilang & mereka diharuskan mengganti. Utang yang lumayan besar membuat Stella & Katie mendesak Biyan untuk melepas virginitasnya. Dan Biyan bimbang antara solidaritas dengan temannya atau mempertahankan prinsipnya.


Comment (Spoiler warning):
Sebenernya nih film berpotensi jadi film bagus klo aja digarap dengan lebih serius.
Sayangnya, skenarionya lemah, alur ceritanya boring, ditambah lagi akting pemerannya yang standar.
Trus pesan moral yang mo disampaikan malah terasa gak nyampe. Hanya digambarkan lewat sosok Biyan di akhir film yang menegaskan Keperawanan itu Penting. Padahal di adegan awal ditunjukkan betapa senangnya Katie membelanjakan uang yang didapatnya dari hasil menjual virginitasnya. Saya sempat nanya ke beberapa penonton, adegan mana yang lebih berkesan antara 2 adegan itu? Sebagian besar menjawab adegan Katie yang lebih berkesan.
Nih adegan bisa jadi contoh ke anak smp :"Klo mau beli HP, mo hura-hura, just sell your virginity, girls!"
Trus yang nyebelin dari nih film ceritanya gak selesai. Kan ceritanya mereka punya utang mobil, tapi sama sekali gak disinggung apakah mereka berhasil melunasi utangnya ato gak. pokoknya setelah Biyan menerbitkan novelnya yang berjudul Virgin & buku itu launching, then suddenly The End!!!
Yah intinya sayang ngeluarin duit ke bioskop buat nonton nih film. Mending tunggu aja diputar di TV. Untung kemarin saya nontonnya gratisan!

Friday, November 26, 2004

Iron Ladies


Pernah nonton film ini? Diangkat dari kisah nyata yang terjadi di Thailand.

Mon yang bercita-cita menjadi pemain volley sedang putus asa. Untuk kesekian kalinya dia ditolak bergabung di tim volley. Bukan karena dia tidak punya kemampuan tapi karena dia waria.

Kesempatan baginya terbuka kembali ketika ada pengumuman audisi untuk anggota tim volley yang akan menjadi wakil daerah distrik 7 Lampang di Kompetisi Volley Nasional. Dengan dorongan sahabatnya, Jung yang selalu ceria , maka Mon dan Jung pun mencoba peruntungan mereka di sini.

Mon & Jung dinyatakan lulus seleksi, tapi mereka mendapat tentangan keras dari anggota tim lain. "Kami tak mau ada waria dalam tim!" Walau begitu, pelatih berkeras tetap mempertahankan mereka. "Sebagai atlet, kalian mestinya sportif! Tak peduli waria atau bukan, yang penting punya kemampuan."

Hal ini berbuntut panjang. Satu demi satu anggota tim mengundurkan diri hingga akhirnya hanya tersisa Chai sang kapten tim. Supaya bisa tetap ikut kompetisi, maka Mon & Jung diminta mengumpulkan teman mereka. Mulailah Mon & Jung menghubungi kawan-kawan mereka waktu kuliah dulu yang juga merupakan rekan setim voli. Ada Nong, ABRI yang bertubuh kekar tapi sangat kemayu, lalu Pia yang cantik & berprofesi penari male cabaret, dan terakhir Witt yang belum mengaku ke orang tuanya kalau dia sebenarnya gay. Kesimpulannya, kecuali Chai, tim ini beranggotakan waria.

Dan sejak itu dimulailah latihan-latihan berat mereka demi memenuhi impian menjadi juara. Belum terhitung hinaan dan ejekan yang mereka terima dari lingkungan. Mampukah mereka mewujudkan impian? Silahkan nonton sendiri ajalah. Satu yang musti diingat: ini kisah nyata. Jadi gimanapun endingnya itulah kenyataannya.

Menurut saya pribadi sih, film ini lumayan menghibur, terutama karena saya memang suka film yang diadaptasi dari kisah nyata. O ya, 1 lagi yang jadi nilai tambah (dan juga nilai kurang) dari film karena film ini sudah didubbing ke bahasa Indonesia tapi...bahasa yang dipergunakan ialah bahasa khas kaum waria.

Trus jangan buru-buru mematikan vcd sewaktu filmnya usai, karena setelah itu ada foto-foto wajah asli Mon, Jung, Nong, Pia & Witt.