Thursday, April 15, 2010
Autumn's Concerto
Story :
Ren Guang Xi, a cocky law student, seems to lead the perfect life. He's the sole successor to a huge and famous business and a talented ice hockey player. But in reality, his lonely life lacks joy, laughter and motivation. That is until he meets Liang Mu Cheng, the new bento seller at his school canteen. Although orphaned at a young age, Mu Cheng does not let her past affect her and lives life with great passion and determination. A harmless bet brings the two together and Guang Xi slowly changes as Mu Cheng teaches him how to give and love. Tragedy strikes when Guang Xi suddenly has to go through a major brain surgery which causes him to lose his memory. His mother begs Mu Cheng to leave him and the latter has no choice but to do so. Little does she know that she already has Guang Xi's child.
Six years pass. Mu Cheng lives a quiet life with her young son in the countryside while Guang Xi is now a successful lawyer and is engaged to He Yi Qian, the kind and beautiful doctor who took care of him after his surgery. A strangely familiar piano piece stirs Guang Xi's heart as he struggles to recall his past romance with Mu Cheng. How will the couple make up for six years of lost time? Happiness, which stop do I alight at?
My comments about :
~The Story~
Ehm....gimana ya?
Sejujurnya cerita tentang amnesia bukanlah cerita favorit saya. Terlebih lagi cerita dimana si cowok ato cewek yang amnesia jatuh cinta dengan cewek/cowok lain dan si orang ketiga ini baik banget sehingga membuat penonton bingung mo memihak si cewek/cowok pertama ato yang ketiga.
Sama kayak Meteor Garden 2 dimana sebenarnya saya memihak Dao Ming Se balik sama San Chai, tapi di satu sisi kasihan juga sama Ye Sha, secara Ye Sha-nya baik sih. Disini juga, saya pengennya Guang Xi balik sama Mu Cheng lah, tapi kasihan juga Yi Qian. Toh bukan salah Yi Qian klo Guang Xi amnesia.
Dan sama seperti di MG 2, dimana saya gak bisa ngerti kenapa Dao Ming Se yang tadinya (terlihat) cinta mati sama Ye Sha langsung berbalik cinta ke San Chai sewaktu ingatannya kembali, saya juga gak bisa ngerti kenapa Guang Xi cepat sekali mengubah perasaan cintanya ke Yi Qian dan mengembalikan perasaannya ke Mu Cheng. Kemana rasa cintanya selama 6 tahun itu ke Yi Qian?
Partner saya menonton drama ini, berpendapat bahwa Guang Xi juga mencintai Yi Qian. Tapi rasa cintanya ke Mu Cheng jauh lebih besar. Makanya dia bisa langsung berbalik ke Mu Cheng sewaktu Mu Cheng kembali dalam hidupnya. Sama kayak Bella di Eclipse yang mencintai Edward dan Jacob, tapi cintanya lebih besar ke Edward. Mungkin saja toh mencintai 2 orang dalam satu waktu?
Well... Yah...okelah kalo begitu.
Ayo kita kesampingkan saja masalah itu. Karena saya rasa, saya gak akan bisa mengerti kecuali saya mengalaminya sendiri (amit - amit deh).
Dari segi ke"rapi"an, ceritanya gak se"rapi" Fated To Love You. Masih ada beberapa "flaws". Tapi menurut saya sih masih bisa dikesampingkan. Toh sebagian besar orang di dunia ini bukanlah "pemerhati-detail-amat-sangat-kecil-yang-gak-penting" :D. Walo begitu, ada satu yang mengganjal saya. Kok bisa orang secerdas Guang Xi gak bisa memahami isi hati Mu Cheng? Sampai Tuo Ye perlu berkata : "Have you ever thought that if she really chose me back then, why has she refused to accept me in these six years? And why she continuously tells Xiao Le that he has an alien Daddy?"
Atau mungkin memang semua orang menjadi bodoh di depan cinta ? Kayaknya sih gitu
Terlepas dari masalah itu, cerita di drama ini bagus juga. Memang idenya gak baru (hey...memangnya ada ide cerita yang benar - benar baru?), tapi gaya penceritaannya menarik. Konfliknya pas. Si Mu Cheng gak dibikin menderita amat. Yah masih wajarlah untuk ukuran drama seri. Belum lagi banyaknya kata - kata bijaksana atau pun touching di drama ini.
Yup, genre drama ini memang bukan romantik komedi, tapi lebih ke genre drama romantis yang mengharukan. Gak heran mata saya sempat berkaca-kaca beberapa kali pas nonton drama ini.
Inti dari drama ini mungkin seperti yang dibilang Presiden Fang (ibunya Guang Xi) :
"Have you ever thought that some people choose to betray and lie because they love the other too much? They don't want the other to get hurt. Instead, the person who lied is the one who hurts more than anyone else on the inside."
Alasan Mu Cheng berbohong pada Guang Xi awalnya karena dia mencintai Guang Xi dan ingin dia tetap hidup. Alasan kebohongannya yang kedua kali, tetap karena dia mencintai Guang Xi dan gak ingin hubungan Guang Xi dengan ibunya menjadi rusak, walaupun untuk itu Mu Cheng mesti rela menerima kemarahan dan dendam Guang Xi.
Alasan ibunya Guang Xi berbohong pada Guang Xi tentang fakta dibalik bunuh dirinya ayah Guang Xi dikarenakan dia tak ingin Guang Xi menderita mengetahui karakter ayahnya yang sebenarnya. Walau pun untuk itu dia harus bertahan menghadapi kemarahan dan pemberontakan Guang Xi.
Bagusnya, jawaban Guang Xi juga mengena :
"No one is willing to be betrayed. You guys thought that I could not endure it. But what saddens the most is that you guys don't believe in me at all."
Klo kita sayang sama seseorang, semestinya memang kita percaya padanya. Percaya pada kemampuannya untuk menerima segala masalah dan kemudian membiarkan dia menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri. Dengan cara itu, kita membuat orang yang kita sayangi itu makin kuat.
Tapi...bukannya memang wajar kalo kita punya insting untuk melindungi orang yang kita sayang? Melindunginya agar dia tidak merasa sakit dan terluka. Saya yakin, klo Guang Xi ada di posisi Mu Cheng, dia pun akan melakukan hal yang sama. Kalo saya ada di posisi Mu Cheng atopun ibunya Guang Xi, saya rasa saya juga akan melakukan hal yang sama. Walopun nantinya (saat mengetahui kebenaran) dia akan tetap sedih dan terluka. Tapi seenggaknya, saya bisa menunda kesedihannya untuk sementara waktu (^-^).
Jadi...dari drama ini,saya belajar bahwa apa pun alasannya, white lie tetaplah salah. Meski begitu, terkadang kita tak bisa menghindarinya.
Yang paling teringat sama saya justru kata - kata Gary (asisten Guang Xi). Dia berkata :
"I think that you should have a little more trust in your other half. Trust needs to come from both sides. If you try and believe in her, perhaps you might discover that a lot of things are not what you think."
Iya ya...semestinya kita memang lebih percaya sama orang yang kita sayangi. Klo Guang Xi benar - benar percaya sama Mu Cheng, apa pun kata - kata dan tindakan Mu Cheng tidak akan membuatnya ragu pada Mu Cheng. Dan mungkin dia akan bisa melihat dengan lebih jelas alasan di balik semua tindakan Mu Cheng.
O ya...ada 1 cute thing yang saya suka dari drama ini : kebiasaan Guang Xi untuk sentuhin hidungnya ke Mu Cheng ato Xiao Le. Itu cuma hal yang simple, tapi saya suka aja liatnya. Mengingatkan saya pada ayah saya yang punya kebiasaan yang sama dengan anak-anaknya. Terkesan akrab aja. Saya rasa itu bentuk lain dari cium sebagai ungkapan sayang :D.
This is also one of a cute scene :
~The Ending~
I love the ending! 4 Thumbs up pokoknya. Saya suka tipe ending seperti ini, yang berakhir bukan ketika kedua tokoh utamanya jadian, tapi juga ditunjukkan after story-nya. Dan adegan penutupnya sweet deh, gak kayak Fated To Love You yang rada garing.Really love the ending deh .
~The Actors~
Van Ness Wu sebagai Ren Guang Xi
Dari sejak jaman F4 berjaya dulu, saya memang paling suka dengan Van Ness. Bukan karena dia ganteng (malah menurut saya dia gak ganteng kok ), tapi karena saya suka melihat cara dia tersenyum. Klo Van Ness senyum, rasanya kayak seluruh wajahnya ikutan tersenyum dan bukan hanya bibirnya saja yang senyum. Dari situ kita mendapat kesan bahwa dia orang yang ramah. Selain itu, saya suka wajahnya yang ekpresif.
Eh...kok jadi ngelantur ngomongin Vanness physically? Upss...sorry
Dari segi akting, yang jelas sih jauh lebih baik daripada waktu di Meteor Garden. He sure has come a long way since Meteor Garden (ya iyalah pastinya ). Saya lumayan ngikutin perkembangan film - filmnya Vanness lho. Dan menurut saya, akting dia di Auntumn's Concerto ini bagus. Dia berusaha banget ngilangin aksen ABC (American Born Chinese)-nya
Udah gitu, karena aslinya dia orang Los Angeles, USA, so...cara kissing dan makeout-nya pun bagus. Tahu dong, drama Taiwan terkenal karena makeout-nya yang kaku. Tapi pengecualian untuk Van Ness yang gaya makeout-nya terkesan beneran. Two thumbs up!
Saya ngelantur lagi deh
Intinya, saya sudah lama menanti Van Ness bermain dalam drama seperti ini sebagai tokoh utama. Drama dengan cerita yang menarik dan penokohan yang kuat. Thanks God, I didn't wait in vain.
Ady An sebagai Liang Mu Cheng
Jujur aja, selain The Outsider, ini adalah drama ato pun movienya Ady An yang pernah saya tonton (abis dia kebanyakan main serial silat sih). So saya gak bisa komen banyak. Yang pasti, menurut saya dia sukses memerankan karakter Mu Cheng yang lembut, bijaksana nan tegar. Dan satu yang saya suka dari dia : suaranya itu lho...aluss banget
Xiao Xiao Bin sebagai Xiao Le
Kyaaa...saya beneran jatuh cinta deh sama anak ini . Cute banget, dari wajah maupun sikapnya. Gemesin pula. Gimana sih caranya Mu Cheng bisa didik anak sampai bisa jadi kayak Xiao Le? Sepanjang film, mata saya beberapa kali berkaca - kaca. Bukan karena ceritanya sedih, tapi karena saya terharu dengan karakter Xiao Le yang dewasa namun tetap cute. Pokoknya Xiao Xiao Bin sukses banget deh memerankan Xiao Le.
Tifany Xu sebagai He Yi Qian
Ini kedua kalinya saya menonton drama Tiffany Xu (yang pertama di It Started With A Kiss), kesannya sih dia emang cantik kayak barbie ya . Tiffany cocok memerankan karakter Yi Qian yang baik hati dan pengertian. Melihat dia, saya kok teringat Ye Sha di Meteor Garden 2 ya?
Jason Wu sebagai Hua Tuo Ye
Kalo Yi Qian mengingatkan saya pada Ye Sha, karakter Tuo Ye mengingatkan saya pada Hua Zhe Lei di Meteor Garden. Karakter second lead yang justru sabar, baik hati dan selalu mendampingi tokoh utama wanita saat susah maupun senang. Tapi tetap aja, penonton akan lebih berpihak pada main lead (Guang Xi maksudnya). Dalam dunia nyata, ada gak sih orang - orang kayak gini?
~The Soundtracks~
Jujur aja, saya lebih suka soundtracknya Fated To Love You yang lagu - lagunya variatif. Ada yang mellow, ada yang ceria, ada yang lembut. Kalo di Autumn's Concerto ini, sebagian besar soundtracknya mellow. Bikin saya jadi ikutan mellow selama nontonnya. Tapi faktor soundtrack inilah yang menimbulkan kesan bahkan setelah drama ini berakhir.
~The Rating~
Saya nyadar klo saya sering banget membandingkan drama ini dengan Fated To Love You. Alasannya adalah karena drama ini juga memiliki rating yang tinggi dan diperkirakan bisa mengungguli Fated To Love You. Pada akhirnya memang Autumn's Concerto gagal mengungguli Fated To Love You.
Tapi saya pribadi berpendapat bahwa drama ini juga pantas diberi 4,5 bintang (saya gak pernah memberi nilai 5 karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT ). Dalam beberapa hal, Autumn's Concerto masih kalah dengan Fated To Love You, tapi dalam hal lain, jelas mengungguli. Lagipula, sebenarnya gak fair membandingkan kedua drama ini karena genrenya aja udah beda. So...they're both good in their own way.
~The Tagline~
"Happiness, which station should I alight at?"
Yup...kalimat di atas emang tagline drama ini. Jujur aja, yang bikin saya tertarik nonton drama ini justru tagline-nya. Bahkan sebelum saya tahu ceritanya kayak apa.
Saya selalu mengandaikan hidup seperti kita sedang naik kereta api (klo di film ini mah mengacu pada bus). Saya percaya, semua orang punya tujuan yang sama dalam hidup, yaitu mencari stasiun yang bernama kebahagiaan. Beberapa orang menganggap kebahagiaan berarti kesuksesan karir. Beberapa berpikir kebahagiaan adalah menggapai mimpi. Beberapa yang lain beranggapan kebahagiaan artinya bersama dengan orang yang dicintai. Dan beberapa yang lain menyamakan kebahagiaan dengan harta dan kekuasaan.
Saya termasuk orang yang beranggapan kebahagiaan artinya sukses menggapai mimpi.
Tapi ternyata saya salah. Karena saya sudah menggapai mimpi saya. Memang saya senang dengan hidup saya sekarang.
Tapi bahagia???
Ehm....selalu terasa ada sesuatu yang kurang. Rasanya ada feeling yang mengatakan bukan ini yang saya cari.
Jadi...
Saya memutuskan untuk kembali naik kereta itu dan mencari stasiun kebahagiaan saya. Terkadang, saya bertanya sendiri, dimanakah stasiun itu? Apakah masih jauh di depan sana? Atau malah sudah saya lewati! Kalau sudah saya lewati, apakah saya masih bisa kembali? Atau saya hanya bisa terus maju sambil berharap di depan sana masih ada stasiun berikutnya?
So....happiness, which station should I alight at?
Subscribe to:
Posts (Atom)